Faustino Asprilla

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on email
Share on weixin

SI ANAK BENGAL TERANTUK BATU

Oleh: Mansyur Alkatiri

Dari: Majalah UMMAT, No. 49 Thn. III/ 29 Juni 1998

Pelatih tersinggung, Faustino Asprilla didepak dari tim. Peluang Kolombia mengecil?

"TINO" ASPRILLA. Bengal tapi haus gol
“TINO” ASPRILLA. Bengal tapi haus gol

Si Anak Bengal itu berulah lagi. Dan kali ini ulahnya tak tanggung-tanggung. Ia meninggalkan arena Piala Dunia, arena yang diimpikan oleh seluruh pemain bola, karena marah pada sang pelatih. Ia tidak bisa menerima keputusan pelatih Hernan Dario Gomez yang menariknya keluar lapangan di menit ke-85 pertandingan Kolombia-Rumania (15/6).

“Gomez pilih kasih,” kata striker andal itu. Ia lalu menunjuk pemain-pemain lain yang juga tampil di bawah form tapi tak diganti. Secara khusus ia bahkan menuding kapten tim Carlos Valderrama yang katanya bermain lebih buruk dibanding dirinya. “Valderrama tak diganti karena ia anak emas Gomez,” katanya tajam.

Kecaman itu terang saja membuat merah kuping di pelatih, apalagi  Asprilla melakukannya secara terbuka dalam wawancara yang disiarkan Radio Caracol. “Bila masih terus nyerocos seperti itu, dia akan saya tendang dari tim nasional,” ujarnya sewot seperti dikutip Reuters. Gomez tak main-main dengan ancamannya. Ketika Asprilla tak muncul di hotel malam harinya, ia langsung memecatnya dari tim. Si Anak Bengal pun terkena batunya.

Asprilla agaknya tak menyangka pelatih akan bertindak senekat itu. Ia mungkin berpikiran, Kolombia tak ada apa-apanya tanpa dia. Sadar bahwa dirinya gagal membuat Gomez tekuk lutut, Asprilla akhirnya meminta maaf, 24 jam setelah pemecatannya.

“Saya minta maaf kepada presiden, pejabat, pelatih dan masyarakat Kolombia,” ujarnya. Permintaan maaf yang tak diduda-duga itu diucapkan pemain klub Parma itu dari sebuah hotel di Paris. Ia bahkan siap dan sudi mengikuti seluruh aturan Gomez. Tapi apakah Gomez bersedia meralat keputusannya? Masih ditunggu beberapa hari ini.

Faustino Asprilla memang dikenal kasar dan temperamental. Ia juga suka semau gue. Tapi itu diimbangi dengan prestasinya di lapangan. Ia amat lincah, gesit dan gerakannya sulit diduga lawan. Tak heran gol demi gol lahir dari kakinya, baik untuk timnas Kolombia maupun bagi klub AC Parma (Italia) dan Newcastle United (Inggris) yang pernah mengontraknya.

Tak heran keluarnya Asprilla membuat gamang publik bola Kolombia: Apakah timnya masih bertaji? Presiden Ernesto Samper sampai turun tangan menelpon Alvaro Fina, ketua Federasi Sepakbola Kolombia (CFF), meminta Gomez mengubah keputusannya. Tapi Gomez tak mau, dan Fina pun mendukungnya.

Makin Kuat

“Tino” Asprilla sering dijuluki “The Octopus” karena tubuhnya yang tinggi ramping dan dengan gayanya yang elastis. ia sering membuat bingung barisan belakang lawan dengan gerakan-gerakan yang susah diduga. Ia juga sering membantu timnya meraih kemenangan di saat-saat sulit. Namun demikian, ia punya perangai aneh, mirip anak-anak. “Dia masih anak-anak meski tubuhnya sudah berusia 28 tahun,” tulis kolumnis sepakbola Rob Hughes dalam International Herald Tribune (18/6).

Di dunia sepakbola, tak cuma Tino berwatak seperti itu. Romario Faria, bintang Brasil di Piala Dunia 1994, juga mewarisi sifat yang sama. Sikapnya yang susah diduga dan improvisasinya yang kekanak-kanakan justeru membuat Romario Faria terpilih sebagai pemain terbaik di Amerika empat tahun silam. “Dengan kebiasaan suka marahnya, Asprilla adalah  Romarionya Kolombia,” kata Hughes.

Absennya Asprilla diperkirakan akan menumpulkan barisan depan Kolombia. Dan itu sangat membahayakan peluang negeri ini ke babak selanjutnya, setelah tak mampu meraih poin dari Rumania. Untuk mengamankan posisinya, tak ada jalan lain kecuali mengalahkan Tunisia (22/6) dan Inggris (27/6). Menghadapi Tunisia peluang menang Kolombia masih terbuka, tapi lawan Inggris?

Namun pesimisme itu ditepis oleh Valderrama (36). “Pemecatan Asprilla justeru membuat tim makin kuat,” ujar play maker yang pernah dijuluki “Gullit Putih” karena potongan rambutnya yang mirip. “Tanpa Asprilla, team work akan lebih kental. Sepakbola adalah kolektifitas. Semua pemain adalah tumpuan tim. Kami tak ingin seorang pemain berulah atau melontarkan pernyataan yang bisa meluruhkan motivasi, kekompakan dan kinerja tim,” jelasnya.

Kata-kata Valderrama akan diuji Senin (22/6) ini saat Kolombia bertemu Mehdi Benslimane dkk dari Tunisia. Secara teknis, Kolombia ada diatas lawannya. Jika kalah, Kolombia masuk kotak. Dan itu bisa berbahaya bagi anggota tim. Kita tentu masih ingat tragedi empat tahun silam, saat pemain belakang Andres Escobar harus mati ditembak warga senegaranya yang marah dengan gol bunuh diri Escobar saat melawan Amerika. Golnya itu membuat Kolombia tersisih di babak pertama.

Anggota tim Kolombia di Perancis jauh-jauh hari sudah menerima banyak ancaman mati. Dan ancaman terbanyak jatuh pada pelatih Dario Gomez. Tapi beranikah Gomez menempuh resiko dengan tetap mempertahankan tim tanpa striker handal? Sungguh pilihan sulit.

(Mansyur Alkatiri)

Leave a Reply

Kategori Tulisan

Arsip Tulisan

Subscribe Untuk Mendapat Info Terbaru

Twitter Feed