Oleh: Mansyur Alkatiri

Majalah UMMAT No. 12  Thn. I, 11 Desember  1995 / 18 Rajab 1416 H

Bom mobil menggoncang Riyadh. Fasilitas militer Amerika jadi sasaran

Tak mudah untuk menemukan siapa dalang pengeboman di Riyadh. Biro Penyelidik Federal AS (FBI) telah mengirim tim lengkap ke Riyadh. Pemerintah Arab Saudi menjanjikan hadiah US $ 800.000 bagi siapa yang bisa memberi informasi tentang pelaku pengeboman. Tapi sampai saat ini masih juga belum jelas siapa di belakang pengeboman tersebut.

Dua ledakan bom mobil yang menggoncang markas tentara Pengawal Nasional Arab Saudi, Senin (13/11) lalu, menewaskan enam orang. Lima di antaranya warga Amerika, termasuk seorang tentara. Dari 60 orang yang cedera, tiga perempatnya warga AS. Menurut laporan CNN, didalam gedung tersebut ada 400 orang Amerika yang melatih Pengawal Nasional Arab Saudi.

BOM MOBIL DI RIYADH. Mengguncang Kehadiran Amerika di Arab Saudi

Presiden AS Bill Clinton kontan memberi pernyataan keras, “serangan terhadap fasilitas Amerika ini adalah tindakan biadab”. Komentar yang bernada sama terucap dari pejabat-pejabat Arab Saudi. Duta besar Arab Saudi di Jakarta, Abdullah A. Alim, menyebutnya sebagai tindakan pengecut. “Pelakunya sudah menyimpang jauh dari agama Islam dan nilai-nilai kemanusiaan”, katanya pada Ummat.

Siapa Pelaku?

Gedung yang menjadi target peledakan merupakan markas program bantuan AS senilai 5,6 milyar dollar untuk menolong AB Saudi meningkatkan kemampuan pertahanan negara. Ini salah satu proyek Pentagon yang dipercepat setelah Perang Teluk.  

Dua kelompok menyatakan bertanggungjawab: Macan Teluk dan Gerakan Islam untuk Perubahan. Keduanya menuntut pengusiran tentara AS dari bumi Saudi. “Gerakan Islam untuk Perubahan sudah mengancam Amerika sejak musim semi lalu. Seandainya orang-orang Amerika tidak meninggalkan Saudi pada Juli, mereka akan melakukan aksi kekerasan”, kata Raymond Mabus, duta besar AS untuk Arab Saudi.

Media Barat umumnya mengaitkan peledakan ini dengan fenomena yang mereka sebut “kemunculan gerakan oposisi militan Islam” di negeri gurun ini. Tapi Abdullah Alim menolak sinyalemen tersebut. “Tak ada satupun gerakan oposisi yang menentang pemerintah di Arab Saudi”, ujarnya. Ia hanya menyiratkan adanya beberapa oknum yang melakukan kesalahan, tapi tak bisa disebut sebagai sebuah gerakan opisisi.

Pemerintah Saudi kini memang tengah menghadapi tekanan dari kalangan muda Islam yang tak senang melihat kedekatan keluarga raja dengan AS dan berbagai isu lainnya. Isu kehadiran tentara Amerika menjadi isu sensitif. Kalangan muda Islam yang dimotori dua ulama muda, Salman  al-‘Awdah dan Safar al-Hawali, amat menentang kehadiran militer Amerika. Mereka berdua bersama puluhan aktifis dan dai muda harus mendekam dalam penjara karena protes-protesnya.

Karena alasan tersebut, baik Pentagon maupun pemerintah Saudi tak pernah mengakui terang-terangan kehadiran lebih dari 100 pesawat AS di Arab Saudi guna mengawasi zona larangan terbang di Irak Selatan. Kerajaan juga tak mengijinkan AS menyimpan tank dan persenjataan lainnya di tanah Saudi. “Isu pasukan Amerika ditanggapi sehati-hati mungkin, serendah mungkin”, ujar mantan dubes AS di Arab Saudi, Richard Murphy.

Tapi mungkin terlalu dini untuk mengaitkan peledakan tersebut dengan kalangan aktifis muda tersebut. Mereka memang menentang beberapa kebijakan pemerintah, namun seperti pernah di tulis di Impact, gerakan Awdah dan kawan-kawan tak bertujuan untuk mengganti pemerintahan, baik melalui pemilu atau dengan cara lain. Mereka hanya menginginkan perubahan gaya dan kebijakan pemerintah. Lantas siapa yang bertanggungjawab terhadap pengeboman itu?*

BACA JUGA:
MUSLIM ETHIOPIA, Mayoritas yang Dipinggirkan
Nasib Rekonsiliasi Aljazair di Tangan Zeroual
Perundingan Damai Filipina-Moro

By mansyur

2 thoughts on “Ancaman bagi Kehadiran Amerika di Arab Saudi”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *