Oleh: Mansyur Alkatiri
Majalah UMMAT, Thn. I No. 15, 22 Januari 1996 / 3 Ramadhan 1416 H
Meskipun muncul sebagai pemenang pemilu, Necmetin Erbakan, pemimpin Partai Kesejahteraan (RP), ternyata sulit menjadi perdana menteri. Kemenangannya tak mutlak hingga tak bisa memerintah sendirian. Sementara perbedaan ideologis yang cukup mendasar dengan partai-partai lainnya, membuat Erbakan sulit mencari mitra koalisi.
Refah mencita-citakan lenyapnya sekularisme, yang telah dipaksakan berlaku di Turki oleh Mustapha Kemal Ataturk sejak 1923. Sementara partai-partai lainnya justeru pendukung kuat sekulerisme.
Necmetin Erbakan lahir di Sinop, kota pelabuhan di Laut Hitam, pada 1926. Ia bersaudara enam orang. Ayahnya adalah hakim di pengadilan kriminal, pada masa dinasti Utsmani. Sebelum terjun ke dunia politik, Erbakan dikenal sebagai ilmuwan dan akademikus ulung. Setelah meraih gelar sarjana teknik di Universitas Teknik Istambul (ITU), ia melanjutkan studi ke Jerman. Memperoleh gelar doktor dari Aachen Technische Hochschule. Ia lalu balik ke negaranya dan mengabdi di ITU. Pada 1965 ia menjadi profesor penuh.
Erbakan meninggalkan karir akademisnya pada 1969 saat terpilih menjadi anggota parlemen sebagai calon independen dari kota Konya. Setahun kemudian Erbakan mendirikan Milli Nizam Partisi (MNP). Namun pada 1972 MNP dinyatakan terlarang karena dianggap menggunakan agama demi tujuan politik. Erbakan lalu mendirikan Milli Selamet Partisi (MSP atau Partai Pembebasan Nasional).
MSP yang menyerukan industrialisasi dan pembangunan kembali tatanan moral dan spiritual Turki, turut dalam tiga pemerintahan koalisi antara 1973-1978 dimana Erbakan selalu menjadi deputi PM. Tapi partainya segera dilarang setelah kudeta militer 1980. Para pemimpinnya dijebloskan ke dalam penjara dengan tuduhan menentang prinsip-prinsip sekularisme Ataturk. Tapi mereka akhirnya dibebaskan.
Ketika Turki kembali kepemerintahan sipil pada 1983, Erbakan mendirikan Refah Partisi (RP atau Partai Kesejahteraan). Meskipun amat mendukung industrialisasi dan pasar bebas, Refah bersikap kritis terhadap sistem kapitalisme Barat.
RP menamakan tatanan dunia baru sebagai /kole duzeni/ (“tatanan perbudakan”) berlawanan dengan prinsip /adil duzen/ (tatanan adil) yang dianut Refah. Erbakan ingin mengakhiri proses pembaratan Turki. Ia berniat menarik keanggotaan Turki dari NATO dan organisasi Barat lainnya. Erbakan juga mau mencabut kembali lamaran Turki menjadi anggota penuh Masyarakat Eropa.
RP berniat membentuk sistem ekonomi tanpa bunga, mendirikan “Persatuan Bangsa-Bangsa Muslim” guna menggantikan PBB, “Organisasi Pertahanan Negara-Negara Muslim” sebagai tandingan NATO, dan menciptakan “Pasar Bersama Negara-Negara Muslim”. Erbakan mencita-citakan persatuan dunia Muslim dimana Turki akan menjadi pemimpinnya. Dan itu dimulai dengan kerjasama ekonomi, politik dan militer diantara negara-negara Muslim.
Selama masa kampanye, Erbakan berulangkali menyatakan sikapnya yang akan mengubah arah politik Turki, dari Eropa ke dunia Islam. Sebab katanya, “Jauh lebih terhormat bagi Turki untuk menjadi bangsa pemimpin di dunia Islam daripada menjadi negara buncit di Eropa”. (MA)
BACA JUGA:
Ancaman bagi Kehadiran Amerika di Arab Saudi
MUSLIM ETHIOPIA, Mayoritas yang Dipinggirkan
Nasib Rekonsiliasi Aljazair di Tangan Zeroual
[…] JUGA: Kesepakatan Damai Chechnya-Rusia? Erbakan, Sang Penentang Kemalisme Muslim Ethiopia, Mayoritas yang […]
[…] BACA JUGA: Israel Bunuh Yahya Ayyash Serangan Brutal Rusia ke Dagestan Bebaskan Sandera Erbakan, Sang Penentang Kemalisme […]
[…] BACA JUGA: Islam di Polandia Siapa Berkomplot Penjarakan Omar Abdel Rahman Erbakan, Sang Penentang Kemalisme […]
[…] ke-12 negaranya, Rabu (15/11) lalu. Siprus terbelah menjadi dua menyusul invasi tentara Turki pada 1974. Invasi dimaksudkan untuk menyelamatkan penduduk Siprus keturunan Turki yang tengah […]
[…] JUGA: Optimisme Muslim di Amerika Serikat Erbakan, Sang Penentang Kemalisme Pilihan Sulit Muslim Trinidad dan […]