Udang Israel di Balik Batu Eritrea

Oleh MANSYUR ALKATIRI

Majalah UMMAT, Thn. I No. 15, 22 Januari 1996 / 3 Ramadhan 1416 H

Negara mini Eritrea menduduki pulau milik Yaman. Israel dituding berada di Balik Aksi itu.

Berantakan sudah hubungan mesra Yaman-Eritrea yang sudah puluhan tahun terbina. Pemicunya adalah pendudukan militer Eritrea atas Pulau Hanish Besar di Laut Merah yang disengketakan (18/12). Yaman agaknya tak siap menghadapi serangan Eritrea. Sebab, sebelumnya kedua negara sudah sepakat akan menyelesaikan sengketa Kepulauan Hanish pada Februari 1996. Ternyata, kesepakatan itu cuma taktik Asmara (ibu kota Eritrea) untuk mencaplok Hanish.


Merusak Hubungan

Melihat sejarah mesranya hubungan kedua negara, serbuan kilat Eritrea memang sangat mengejutkan. Selama puluhan tahun Yaman mendukung perang rakyat Eritrea melawan kekuasaan Ethiopia. Bahkan, pemerintah Yaman (waktu itu Yaman Selatan) melatih dan mensuplai senjata gerilyawan Eritrea.

Setelah merdeka, Eritrea unjuk gigi dengan klaim atas Kepulauan Hanish karena secara geografis merasa lebih dekat ke pantai Eritrea. Klaim ini ditolak Yaman. Menurut Sanaa, Pulau Hanish Besar berjarak sekitar 28 mil dari pantai Yaman dan sekitar 32 mil dari pantai Eritrea. Pulau Hanisk Kecil berjarak 25 mil dari pantai Yaman dan 47 mil dari pantai Eritrea. Gugusan Kepulauan Hanish memang amat strategis. Letaknya pun dekat dengan selat Bab el-Mandeeb, yang merupakan pintu keluar masuk kapal-kapal dari Asia ke Eropa dan sebaliknya. Menurut sejarah, Kepulauan Hanish dan Pulau Bareem diberikan ke Yaman Selatan oleh kolonial Inggris pada 30 November 1972.

Faktor Israel

Ada tanda tanya besar dalam konflik ini. Mengapa Eritrea yang relatif jauh lebih kecil berani menyengat Yaman? Apalagi Eritrea terhitung negara baru. Belum genap tiga tahun merdeka, yang mestinya belum punya kekuatan cukup untuk pertempuran laut dan udara. Ajaibnya, sebelum ini pun Eritrea pernah mengancam menyerang Sudan.

Yaman, Mesir, dan Arab Saudi menuding Israel berada di balik serbuan Eritrea. Harian Mesir Al-Ahram menuduh Israel telah memperluas pengaruhnya di Eritrea dan ikut terlibat langsung dalam pertempuran di Hanish. Menlu Mesir, Amr Moussa, juga mengatakan, “Saya tak bisa memastikan keterlibatan Israel. Tapi, bila terbukti, sangat masuk akal. Dalam politik itu bisa saja terjadi.”

Tudingan konspirasi Israel-Eritrea menguat dengan fakta mesranya hubungan antara Presiden Issaias Afwerki dan Israel.Afwerki adalah seorang Kristen yang dipasang Amerika sebagai presiden di negara yang hampir 80 persen penduduknya beragama Islam itu. Dulu, Front Pembebasan Rakyat Eritrea (EPLF)-nya Afwerki mendapat bantuan besar, termasuk latihan militer, dari dinas rahasia Israel, Mossad. Sebagai imbalannya, rezim Afwerki memberi Israel markas khusus di kawasan Dahlegh.

Disinyalir, Israel sangat berkepentingan dengan Eritrea. Sumber-sumber di Sudan sudah lama mengingatkan adanya konspirasi untuk mendirikan negara Yahudi baru di Afrika Timur. Negara itu diberi nama “Oxom”, yang berarti Kerajaan Anak-Anak Yahudi dari keturunan Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis (Yaman). Negara Oxom itu akan mencakup sebelah selatan Sudan, sebelah utara Ethiopia, dan Eritrea. Apakah agresi militer Eritrea merupakan perpanjangan tangan dari strategi Israel itu? Bila benar, maka masalahnya akan runyam. Sama runyamnya dengan sejarah berdirinya negara Israel di atas bumi Palestina: perundingan jalan di tempat, tapi pendudukan terus berlangsung. Dan, celakanya, ujung-ujungnya malah meraih pengakuan dunia.*  MA/SYK

BACA JUGA:
Optimisme Muslim di Amerika Serikat
Erbakan, Sang Penentang Kemalisme
Pilihan Sulit Muslim Trinidad dan Tobago

By mansyur

One thought on “Eritrea Duduki Pulau Yaman”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *