Oleh: Mansyur Alkatiri

Dimuat di: MAJALAH UMMAT Thn. I, No. 11, 27 November 1995

Pemerintah Berisha berhasil mendongkrak ekonomi Albania. Tapi ada kecemasan menghadang.

Komunisme kian tergusur di Albania, satu-satunya negara Eropa yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Presiden Sali Berisha bulan lalu menyetujui peraturan yang melarang beberapa mantan tokoh Partai Sosialis -nama baru Partai Komunis- dan partai Sosial Demokrat turut serta dalam pemilu parlemen tahun depan. Larangan ini berlaku sampai tahun 2002, demikian The Economist.


Mereka yang dilarang pernah menjadi anggota politbiro atau komite sentral Partai Komunis pada masa diktator Enver Hoxha, termasuk Fatos Nano, ketua Partai Sosialis. Skender Gjinushi, ketua Partai Sosial Demokrat dan 12 anggota parlemen dari Partai Sosialis juga terpelanting. Partai Sosialis meraih 38 dari 140 kursi yang ada, nomor dua setelah Partai Demokratik.

Kemajuan Ekonomi

Republik Albania terletak di pantai timur Laut Adriatik. Berbatasan dengan Serbia-Montenegro dan Kosovo di sebelah utara dan timur serta Yunani di selatan. Luasnya 28.748 km persegi. Islam merupakan agama mayoritas, dipeluk oleh 75 persen dari 3,4 juta jiwa penduduknya.

Presiden Sali Berisha

Setelah rezim komunis runtuh menyusul kekalahan Partai Komunis dalam pemilu 1992, Albania banyak memperoleh kemajuan di segala bidang. Ini berkat kepiawaian Presiden Sali Berisha yang punya wawasan jauh ke depan. Berisha adalah ketua Partai Demokratik.

Pertumbuhan ekonomi Albania tercatat paling cepat di Eropa. Berisha berhasil mengubah haluan ekonomi negara ke sistem yang berorientasi pasar. Tanah-tanah yang dulu diambil negara, diserahkan kembali pada pemiliknya. Hasil panen meningkat sampai 20 persen dan industri bangkit kembali. Inflasi berhasil ditekan dari sekitar 200 persen tahun 1992, menjadi kurang dari 40 persen setahunnya.

Masalah

Namun bukan berarti tak ada masalah di negara yang karena keindahan alamnya dijuluki “Swissnya Semenanjung Balkan” ini. Dua persoalan peka, keberadaan etnis Albania di negara-negara tetangga dan kesatuan negeri Albania, masih menggelayut.

Etnis Albania banyak mendiami wilayah di negeri-negeri tetangga. Yang terbesar ada di Kosovo. Eksistensi mereka tengah terancam oleh kebrutalan kaum Ortodoks Serbia yang mencita-citakan suatu Serbia Raya. Serbia bermaksud menyapu bersih bangsa Albania di Kosovo. Keadaan yang sama buruknya dialami oleh muslimin Albania di Montenegro. Jika nasib mereka kian memburuk, pemerintah Tirana sulit untuk berdiam diri saja.

Di Macedonia, kondisi mereka agak lumayan.  Menurut pemerintah Skopje (ibukota Macedonia), jumlah etnis Albania meliputi 22 persen dari sekitar 2 juta penduduk Macedonia. Tapi kalangan politisi etnik Albania mengklaim sekitar 40 persen. Partai politik Albania di Macedonia terus berjuang untuk mendapatkan hak-hak politik dan nasional yang lebih besar bagi warga etnik mereka.

Kehidupan beragama di Albania relatif berjalan baik. Ini  dimungkinkan toleransi besar yang diberikan kaum muslimin yang mayoritas. Ini bertolak belakang dengan yang terjadi di negara-negara bekas komunis Eropa Timur lainnya, dimana Muslim menjadi minoritas, seperti di bekas Yugoslavia, Rusia dan Bulgaria. Pemerintah Tirana melegalisasi kembali pelaksanaan ibadah keagamaan yang dulu dilarang keras rezim atheis Hoxha.

Kerikil tajam sempat mencuat pada Juni 1993. Pendeta Yunani, Archimandite Chrystostomos, yang telah bekerja hampir setahun di wilayah etnik Yunani, di Albania bagian selatan, terpaksa diusir karena melakukan kegiatan anti Albania. Pendeta ini menyerukan agar Albania Selatan bergabung dengan negara Yunani. Isu pemisahan ini menjadi ancaman serius bagi integritas Albania. Dan dalam hal ini Yunani berperan besar. Yunani membalas pengusiran Chrystostomos dengan ganti mengusir 25 ribu imigran Albania.

Tak ada larangan bagi rohaniawan asing melaksanakan misi mereka. Tapi banyak disalahgunakan. Sekitar 150 misi Kristen dari Amerika menjadikan warga muslim Albania yang umumnya miskin sebagai sasaran kristenisasi. “Mereka berusaha mengubah iman seseorang tidak atas dasar kesadaran, tapi lewat hadiah-hadiah”, kata Bardyl Fico  pejabat tinggi di kantor perdana menteri, pada Christian Science Monitor. Umat Islam Albania sudah memprotesnya.

Persoalan agama dan etnik ini bisa menjadi api dalam sekam. Bila tidak segera diselesaikan, mudah merusak kemajuan yang telah dengan susah payah diusahakan.*

Mansyur Alkatiri

BACA JUGA:
Pembunuhan PM Israel Yitzhak Rabin
Anti Islam di Kampus Inggris
Suara Islam di Udara Afrika Selatan

By mansyur

5 thoughts on “Muslim Albania: Cemas Di Tengah Perubahan”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *